Sabtu, 27 Oktober 2012
1. Apa yang dimaksud etika?
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih
kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
▪
Susila
(Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila)
yang lebih baik (su).
▪
Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu
akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan
tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
§
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal
ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
perbuatan atau tindakan manusia.
§
Manner dan Custom, Membahas etika yang
berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat
manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik
dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau
ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
1)
Merupakan
prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The
principles of morality, including the science of good and the nature of
the right)
2)
Pedoman
perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan
manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular
class of human actions)
3)
Ilmu watak
manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The
science of human character in its ideal state, and moral principles as
of an individual)
4)
Merupakan
ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
2. Jelaskan mengenai : etika yang kita lakukan
sehari-hari dan etika dalam berbisnis, serta sebutkan contohnya ?
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Etika tidak lain adalah aturan
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika yang kita lakukan sehari
– hari itu seperti berkata
dan berbuat jujur, menghormati orang tua, menghargai sesama,berlaku adil,
menyantuni anak yatim piatu, berperilaku baik, saling menolong sesama manusia,
berpakaian yang sopan, tidak merokok ditempat umum.
Etika dalam berbisnis merupakan etika bertindak sebagai
rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota
suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan
serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good
conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis
sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok
yang terkait lainnya.
Untuk menghasilkan suatu
etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan
pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada
suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
ialah :
- Pengendalian diri
Artinya,
pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk
apapun.
- Pengembangan tanggung jawab sosial (social
responsibility)
Dalam keadaan
excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah
untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti
etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan
teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
- Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan
dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah.Untuk itu dalam menciptakan
persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis
tersebut.
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan
Dunia bisnis
seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
3. Jelaskan dan berikan contoh mengenai etika teleologi dan
etika deontologi ?
Deontologi dan teleologi adalah teori etika dengan
pendekatan etika normatif. Etika normatif adalah yaitu etika yang berusaha
menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
Etika Deontologi, terdiri kata Deon yang
berarti kewajiban dalam bahasa yunani. Jadi secara harafiah istilah ini semacam
teori tentang kewajiban. Kant mengatakan bahwa kewajiban adalah dasar
moralitas. Dalam tindakan menunaikan kewajiban, menurut Kant, manusia
meninggalkan pamrih-pamrihnya, maka kehendak baik didunia ini terwujud dalam
pelaksanaan kewajiban. Tindakan yang dilakukan demi kewajiban, bernilai moral.
Dimana kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban yang sesuai hukum universal.
Dengan kata lain, bertindak sesuai hukum yang telah ada adalah tindakan yang
bermoral. Deontologi fokus pada tindakannya. Contoh : Suatu tindakan bisnis
akan dinilai baik bagi pelakunya, melainkan karena itu sejalan dengan kewajiban
pelaku, dengan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumennya, menawarkan
barang dan jasa yang mutunya sebanding dengan harganya. Sehingga tindakan itu
tidak ditentukan oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
Sedangkan yang sering menjadi kebalikan dari
deontology adalah etika teleologi. Etika Teleologi justru mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Etika
teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibat suatu tindakan
bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu. Dengan kata lain, selama
tujuan, akibat atau hasilnya baik maka itu adalah tindakan yang bermoral.
Etika Teologi merupakan etika yang mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukan.
Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau
akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai
etika teleology tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan itu sendiri,
melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka
tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat
ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral kemanusiaan, tetapi
dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar hukum. Sehingga etika teologi
lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa
sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan
kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana
dimaksudkan.
SEARCH
:
Label: TUGAS SOFTSKILL
Pengertian dari Etika dan Moralitas.
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik, dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq);
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai
benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit
adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moralitas adalah kesesuaian
sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant
dipandang sebagai “kewajiban”. Moralitas akan tercapai jika dalam menaati hukum
lahiriah bukan karena takut pada akibat hukum lahiriah itu, melainkan karena
menyadari bahwa taat pada hukum itu merupakan kewajiban. Moral merupakan sebuah produk jiwa yang netral. Jiwa seorang
manusia adalah sebuah fungsi yang paling penting di dalam hidup manusia.
Macam-macam Norma dan Pengertiannya
- Norma agama, yaitu peraturan hidup yang diterima
sebagai perintah, larangan, dan anjuran yang berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Para pemeluk agama mengakui dan mempunyai keyakinan bahwa
peraturan-peraturan hidup berasal dari Tuhan dan merupakan tuntutan hidup
ke arah jalan yang benar, oleh sebab itu harus ditaati oleh para
pemeluknya. Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapatkan hukuman di
akhirat nanti. Norma agama adalah aturan yang berasal dari firman Tuhan.
Termasuk dalam aturan tertulis dan aturan didalamnya bersifat memaksa atau
mengikat bagi pemeluknya. Norma agama didasarkan pada kitab suci Al-Quran
dan Hadist, bagi umat muslim. Setiap agama mempunyai kitab suci atau
pedoman hidupnya masing – masing.
- Norma hukum, yaitu peraturan yang dibuat oleh
negara dengan hukuman tegas dan memaksa sehingga berfungsi mengatur
ketertiban dalam masyarakat.
Norma
hukum digunakan sebagai pedoman hidup yang dibuat oleh badan berwenang untuk
mengatur manusia dalam berbangsa dan bernegara. Hukuman yang dikenakan bagi
pelanggarnya telah ditetapkan dengan kadar hukuman berdasarkan jenis
pelanggaran yang telah dilakukan.
Norma
hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat
mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah satu contoh
dari norma hukum.
- Norma kesopanan, yaitu peraturan hidup yang timbul
dari pergaulan manusia. Peraturan itu ditaati dan diikuti sebagai pedoman
tingkah laku manusia terhadap manusia lain di sekitarnya. Hukuman terhadap
norma kesopanan berasal dari masyarakat yaitu berupa celaan, makian,
cemoohan, atau diasingkan dari pergaulan di masyarakat tersebut. Norma
kesopanan berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah
beberapa contoh dari norma kesopanan.
- Norma kesusilaan, yaitu peraturan hidup yang datang
dari hati sanubari manusia. Peraturan tersebut berupa suara batin yang
diakui dan diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman sikap dan
perbuatan. Hukuman bagi pelanggaran terhadap norma kesusilaan berupa
penyesalan diri dan rasa bersalah. Norma ini didasarkan pada hati nurani
atau ahlak manusia. Setiap manusia mempunyai kebenaran universal yang
terletak didalam hati nurani. Norma ini bersifat tidak mengikat karena
termasuk dalam aturan yang tidak tertulis. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu
dari pelanggaran dari norma kesusilan.
- Norma Kebiasaan (Habit), Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.
Teori Etika
a. Etika Teleologi
Berasal dari kata Yunani, telos =
tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
1. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa
tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang
adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru
menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang
berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran
utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah
“the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari
jumlah orang yang terbesar. Utilitarianisme , teori ini cocok
sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit
Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti
kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
a.
Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b.
Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar
utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada
perbuatan. Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan
moral.
b. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata
Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
1.
Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban.
2.
Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan
itu sudah dinilai baik.
3.
Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang
niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal.
c.
Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini
barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan
suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan
kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan
atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak
sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
d. Teori Keutamaan (Virtue)
Memandang sikap atau akhlak
seseorang.Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur,
atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut :
disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a.
Kebijaksanaan
b.
Keadilan
c.
Suka bekerja keras
d.
Hidup yang baik
Keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut :
kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan
erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya.
Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan, adalah : Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan Rasa malu. Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali. Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan. Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan.
Etika Secara Umum
Etika secara umum dapat
dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai
kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia beribadah. Secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak secara tolok ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan
ilmu pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teoriteori.
Etika khusus adalah
penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika
khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika individual dan etika sosial. Etika
individual menyangkut kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota manusia. Tujuan dari etika sosial sendiri pada dasarnya adalah untuk
menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam
kehidupan bersama dalam segala dimensinya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi
menjadi dua bagian :
- Etika individual,
yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
- Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Bisnis adalah bisnis,
jangan dicampuradukkan dengan etika. Ungkapan di atas sering terdengar
yang menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika. Inilah ungkapan-ungkapan
yang disebut mitos bisnis amoral. Ungkapan atau mitos ini mengambarkan dengan
jelas paham atau kepercayaan orang bisnis sejauh mereka menerima mitos seperti
itu tentang dirinya, kegiatannya, dan orang lain yang menjalin hubungan bisnis
dengan mereka. Kegiatan mereka adalah melakukan bisnis, maka yang menjadi
perhatian mereka hanyalah memproduksi, mengedarkan, menjual serta membeli
barang dan jasa dengan memperoleh keuntungan. Singkatnya, yang menjadi pusat
perhatian adalah bagaimana berusaha sekua t tenaga untuk mendatangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam kerangka bisnis amoral, bisnis
diibaratkan sebagai permainan judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk
menang, untuk memperoleh keuntungan. Dasar pemikirannya adalah sebagai berikut:
Pertama, bisnis adalah sebuah bentuk persaingan. Dan sebagai suatu
bentuk persaingan, semua orang yang terlibat di dalamnya selalu berusaha dengan
segala cara dan upaya untuk menang. Kedua, dalam persaingan aturan yang
digunakan berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan sosial pada umumnya.
Maka aturan bisnis berbeda dari aturan sosial moral umumnya. Ketiga, orang
yang mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di
tengah persaingan ketat yang menghalalkan segala cara. Dengan kata lain, di
tengah persaingan bisnis yang ketat orang masih mau memperhatikan norma-norma
moral akan merugi dan tersingkir dengan sendirinya.
Jadi bisa dikatakan dari
mitos bisnis amoral adalah bisnis dan etika merupakan dua hal yang berbeda dan
terpisah satu sama lain. Bisnis tidak bisa dinilai berdasarkan tolok ukur etika
moralitas, karena pertimbangan-pertimbangan moral dan etika tidak tepat untuk
bisnis. Konsekuensinya sudah sewajarnya bisnis tidak mempedulikan pertimbangan
dan prinsip-prinsip etika. Singkatnya, berdasarkan uraian di atas bisnis tidak
mengenal etika.
-->
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Prinsip-prinsip
dalam etika bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika pada
umumnya, yaitu :
- Prinsip Otonomi
Sikap dan
kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa
yang dianggap baik untuk dilakukan. Untuk bertindak secara otonom diandaikan
ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan
itu.
- Prinsip Kejujuran
Sekilas
kedengarannya aneh bahwa kejujuran merupakan suatu prinsip etika bisnis. Kini para
praktisi bisnis dan manajemen mengakui bahwa kejujuran merupakan suatu jaminan dan
dasar bagi kegiatan bisnis.
- Prinsip Keadilan
Prinsip
menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya. Hak orang
lain perlu dihargai dan tidak boleh dilanggar.
Kelompok Stakeholder
‘Stakeholders’ menurut definisnya adalah kelompok
atau individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan
hidup organisasi. Clarkson
membagi Stakeholders menjadi dua: Stakeholders primer dan Stakeholders
sekunder. Stakeholders primer adalah ‘pihak di mana tanpa partisipasinya yang
berkelanjutan organisasi tidak dapat bertahan.’ Contohnya adalah pemegang
saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Menurut Clarkson, suatu
perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
Stakeholders primer – yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara
kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung
jawab yang berbeda.
Stakeholders sekunder didefinisikan sebagai ‘pihak
yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat
dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan
hidup perusahaan.’ Contohnya adalah media dan berbagai kelompok kepentingan
tertentu. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan
hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu
kelancaran bisnis perusahaan.
Kelompok Stakeholder
▪
Kelompok dlm perusahaan
a. Karyawan
b. Manajemen
c. Pimpinan perusahaan
▪
Kelompok diluar perusahaan
a. Mitra usaha
b. Pemasok bahan baku
c. Pemerintah
d. Bank
e. Investor
f.
Masyarakat yang
dilayani
g. Pelanggan pembeli produk
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme serta Nilai
Positif dan Kelemahannya
Kriteria
etika
utilitarianisme
- MANFAAT, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan
hal yang baik. Demikian pula sebaliknya
- MANFAAT TERBESAR, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang
mendatangkan lebih banyak manfaat daripada kerugian. Sekalipun dalam
keadaan rugi, diusahakan menyebabkan kerugian terkecil.
- BAGI SEBANYAK MUNGKIN ORANG, kebijaksanaan atau tindakan yang baik
secara moral apabila memberikan manfaat bagi sebanyak mungkin orang.
Sekalipun dalam keadaan rugi, diusahakan menyebabkan kerugian sekecil
mungkin bagi sedikit orang.
Prinsip etika utilitarianisme
- Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral
jika dan hanya jika kebijaksanaan atau tindakan tersebut mendatangkan
manfaat atau keuntungan,
- Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama baiknya, kebijaksanaan
atau tindakan yang mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling
baik,
- Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan
manfaat terbesar, kebijaksanaan atau tindakan yang mempunyai manfaat bagi
orang banyak.
Kekurangan etika
utilitarianisme antara lain adalah :
- Konsep “Manfaat” yang begitu luas sehingga pada prakteknya malah
menimbulkan masalah. Contoh :
Masuknya industrialisasi di daerah pedesaan, “Kasus Riady Connection”,
Kasus Impor Beras
- Hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
Padahal sangat mungkin terjadi suatu tindakan pada dasarnya tidak baik
tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat
- Tidak menghargai kemauan atau motivasi baik seseorang.
- Secara khusus
sulit untuk menilai (mengkuantifikasi) variabel moral.
Contohnya : polusi
udara, hilangnya air bersih, kenyamanan dsbnya.
Nilai Positif Etika Utilitarianisme
- Pertama, Rasionalitas.
- Kedua, Utilitarianisme sangat
menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
- Ketiga, Universalitas.
Syarat bagi Tanggung Jawab Moral, Status Perusahaan,
serta Argumen yang Mendukung dan Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial
Perusahaan
Syarat bagi
Tanggung Jawab Moral
▪
Tindakan
itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
▪
Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
▪
Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan
tindakan itu.
Status
Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De
George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
▪
Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum,
karena itu ada hanya berdasarkan hukum.
▪
Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh
mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton
Friedman,The Social Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New
York Times Magazine,13-09-1970)
Sebagai
contoh, banyak perusahaan telah mencapai pengelolaan lingkungan standar ISO
14001. Sebuah standar yang sedang diperkenalkan di akhir 2010 untuk membantu
bisnis mengelola tanggung jawab sosial mereka
▪
Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan
mengatakan bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh
manusia.
▪
Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh
staf manajemen.
▪
Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari
tanggung jawab moral
Sesungguhnya,
pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul tanggung jawab
sosial dan moral perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan.
Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
▪
Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan
Sebesar-besarnya
▪
Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
▪
Biaya
Keterlibatan Sosial
▪
Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
▪
Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
▪
Terbatasnya Sumber Daya Alam
▪
Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
▪
Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
▪
Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
▪
Keuntungan Jangka Panjang
NAMA : HAPSARI PUTRI UTAMI
NPM : 16209170
KELAS : 4EA11
ETIKA BISNIS
SEARCH :
Label: TUGAS SOFTSKILL
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)